Di tengah remang senja yang perlahan turun di Yogyakarta, ribuan cahaya kecil mulai berpendar, membawa kehangatan sekaligus duka yang mendalam. Cahaya-cahaya itu berasal dari api lilin yang digenggam erat oleh para mahasiswa di halaman Universitas Amikom. Momen sakral ini, yang dikenal sebagai aksi 1000 lilin Amikom, digelar pada Kamis malam, 4 September 2025, sebagai wujud solidaritas dan penghormatan terakhir untuk Rheza Sendy Pratama, rekan mereka yang gugur saat menyuarakan aspirasi rakyat dalam gelombang demonstrasi nasional baru-baru ini.
Acara ini bukan sekadar prosesi duka cita, melainkan sebuah pernyataan sikap yang kuat dari generasi muda. Di tengah hiruk pikuk politik dan ketidakpastian yang melanda negeri, kepergian Rheza menjadi pengingat tragis akan mahalnya harga sebuah perjuangan. Melalui keheningan dan doa, para mahasiswa mengirimkan pesan universal: hentikan kekerasan, dengarkan suara rakyat, dan jangan sampai ada lagi nyawa yang melayang sia-sia demi memperjuangkan kebenaran. Aksi 1000 lilin Amikom menjadi simbol bahwa semangat perjuangan tidak akan pernah padam, meski harus dibayar dengan air mata dan kehilangan.
Suasana Khidmat dalam Gelaran 1000 Lilin Amikom
Sejak sore hari, massa yang didominasi oleh mahasiswa berjaket almamater Amikom mulai berdatangan dan berkumpul dengan tertib. Tidak ada orasi yang berapi-api, hanya ada keheningan yang sarat makna. Foto Rheza Sendy Pratama dalam bingkai besar diletakkan di tengah-tengah kerumunan, dikelilingi oleh lautan karangan bunga duka cita.
Saat malam tiba, koordinator aksi dari Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Amikom memberikan aba-aba. Secara serentak, ribuan lilin dinyalakan, mengubah halaman kampus menjadi lautan cahaya yang syahdu. Suasana menjadi begitu khidmat. Isak tangis pelan terdengar dari beberapa mahasiswi yang tidak kuasa menahan kesedihan. Mereka adalah sahabat, teman sekelas, dan adik tingkat yang merasa kehilangan sosok panutan. Acara 1000 lilin Amikom ini benar-benar menyatukan seluruh elemen kampus dalam satu rasa duka yang sama.
Ketua BEM Universitas Amikom, Alvito Afriansyah, dalam sambutannya menyampaikan bahwa aksi 1000 lilin ini merupakan bentuk solidaritas mahasiswa sekaligus desakan agar kasus kematian Rheza Sendy diusut tuntas. Ia menegaskan bahwa peristiwa ini harus menjadi momentum refleksi agar tragedi serupa tidak kembali terjadi, serta mendorong adanya transparansi dan keadilan bagi korban.
Rangkaian acara dimulai dengan doa bersama dan salat ghaib, kemudian dilanjutkan dengan penyalaan seribu lilin di Lapangan Basket Kampus Amikom. Di tengah suasana haru, civitas akademika menundukkan kepala dan mengheningkan cipta untuk mengenang almarhum. Acara ditutup dengan pembacaan tuntutan dan ungkapan belasungkawa dari pimpinan universitas yang hadir.
Mengenang Rheza Sendy Pratama, Sosok di Balik Tragedi
Rheza Sendy Pratama tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Yogyakarta, angkatan 2023. Kepergiannya dalam peristiwa demonstrasi pada 31 Agustus 2025 meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, sahabat, serta civitas akademika Amikom.
Bagi rekan-rekannya, Rheza bukan sekadar nama dalam daftar korban. Ia dikenang sebagai teman yang hangat dan aktif berinteraksi di lingkungan kampus. Kehilangan ini menjadi pukulan berat bagi komunitas Amikom yang kehilangan salah satu mahasiswanya di tengah perjalanan akademik.
Aksi seribu lilin yang digelar di kampus menjadi simbol penghormatan terakhir sekaligus doa bersama, agar semangat kebersamaan dan kepedulian yang ia tinggalkan dapat terus hidup di hati banyak orang.
Akar dari Gelombang Demonstrasi Nasional
Untuk memahami mengapa mahasiswa seperti Rheza rela mempertaruhkan nyawanya, kita perlu melihat konteks yang lebih besar. Gelombang demonstrasi yang melanda berbagai kota di Indonesia dalam beberapa pekan terakhir dipicu oleh serangkaian rancangan undang-undang yang dianggap kontroversial dan mengancam sendi-sendi demokrasi. Mahasiswa, buruh, dan elemen masyarakat sipil lainnya bersatu padu turun ke jalan untuk menyuarakan penolakan.
Mereka menuntut pemerintah dan parlemen untuk lebih transparan dan mendengarkan aspirasi publik. Isu-isu seperti pelemahan institusi antikorupsi, pasal-pasal yang mengancam kebebasan berekspresi, serta kebijakan yang dianggap tidak pro-lingkungan menjadi bahan bakar utama gerakan ini. Aksi unjuk rasa yang awalnya berjalan damai di beberapa titik berubah menjadi ricuh akibat adanya bentrokan dengan aparat keamanan. Situasi inilah yang pada akhirnya merenggut beberapa nyawa, termasuk Rheza. Aksi 1000 lilin Amikom menjadi respons langsung atas buah pahit dari perjuangan ini.
Daftar Korban yang Gugur dalam Aksi
Rheza Sendy Pratama adalah salah satu dari beberapa bunga bangsa yang gugur dalam perjuangan ini. Duka yang dirasakan di Yogyakarta juga dirasakan di kota-kota lain di seluruh Indonesia. Berdasarkan data sementara yang berhasil dihimpun dari berbagai sumber berita terverifikasi dan lembaga bantuan hukum, berikut adalah nama-nama pahlawan reformasi yang telah gugur dalam aksi demonstrasi akhir-akhir ini.
- Affan Kurniawan (Pengemudi ojek online, Jakarta)
- Muhammad Akbar Basri (Staf DPRD Makassar)
- Sarinawati (Staf pendamping anggota DPRD Makassar)
- Saiful Akbar (Plt Kasi Kesra Ujung Tanah, Makassar)
- Rusdamdiansyah (Pengemudi ojek online, Makassar)
- Sumari (Tukang becak, Solo)
- Rheza Sendy Pratama (Mahasiswa Universitas Amikom)
- Andika Lutfi Falah (Siswa kelas 11 SMK Negeri 14 Tangerang)
- Iko Juliant Junior (Mahasiswa Universitas Negeri Semarang)
- Septinus Sesa (Warga Manokwari)
Nama-nama ini akan selamanya terukir dalam sejarah sebagai martir demokrasi. Mereka adalah pemuda-pemudi pemberani yang mengorbankan segalanya demi keyakinan akan Indonesia yang lebih baik, adil, dan sejahtera.
Lebih dari Sekadar Duka, Makna di Balik Aksi 1000 Lilin Amikom
Aksi 1000 lilin Amikom pada akhirnya melampaui seremoni duka cita. Ia menjelma menjadi sebuah ruang kolektif untuk merawat ingatan dan memperkuat solidaritas. Cahaya lilin yang menerangi kegelapan malam seolah menjadi metafora dari harapan yang tidak boleh padam di tengah situasi negara yang terasa suram.
Gerakan ini menunjukkan bahwa mahasiswa tidak akan pernah diam ketika keadilan diinjak-injak. Kepergian Rheza dan rekan-rekannya yang lain memang menyisakan duka yang mendalam, tetapi tidak sedikit pun menyurutkan api perjuangan. Justru sebaliknya, tragedi ini semakin menyatukan barisan dan memperkuat tekad mereka. Pesan yang ingin disampaikan melalui acara 1000 lilin Amikom sangat jelas, yaitu perjuangan ini belum usai. Darah dan air mata yang telah tumpah harus menjadi pupuk bagi tumbuhnya demokrasi yang lebih sehat di masa depan, sebuah masa depan yang layak diperjuangkan demi mengenang pengorbanan para pahlawan reformasi.
Baca Juga: PBB Soroti Demo Indonesia: Apa yang Didesak dan Bagaimana Respon Pemerintah?
PBB Soroti Demo Indonesia: Apa yang Didesak dan Bagaimana Respon Pemerintah?