10 Tradisi Unik di Yogyakarta yang jarang diketahui

Yogyakarta, kota yang terkenal dengan kekayaan budaya dan sejarahnya, menyimpan banyak tradisi unik yang mungkin belum banyak diketahui oleh masyarakat luas. Dari ritual kuno hingga perayaan kontemporer, tradisi-tradisi ini mencerminkan kearifan lokal dan keragaman budaya yang ada di kota istimewa ini. Mari kita jelajahi 10 tradisi unik di Yogyakarta yang jarang diketahui namun sarat makna dan keindahan.

  1. Upacara Labuhan Merapi

Meskipun Gunung Merapi terkenal dengan keindahan dan bahayanya, tidak banyak yang tahu tentang upacara Labuhan Merapi. Ritual tahunan ini dilakukan oleh Keraton Yogyakarta sebagai bentuk penghormatan kepada “penguasa” Gunung Merapi. Dalam upacara ini, berbagai sesaji dibawa ke puncak gunung dan dipersembahkan. Tradisi ini mencerminkan hubungan harmonis antara manusia, alam, dan kekuatan supernatural yang diyakini masyarakat setempat.

  1. Tradisi Ngrowot

Ngrowot adalah tradisi puasa unik yang dilakukan oleh beberapa komunitas di Yogyakarta. Berbeda dengan puasa pada umumnya, Ngrowot melibatkan pantangan mengonsumsi nasi dan segala makanan yang berasal dari biji-bijian selama periode tertentu. Sebagai gantinya, pelaku Ngrowot hanya memakan umbi-umbian dan sayuran. Tradisi ini diyakini dapat meningkatkan kekuatan spiritual dan melatih pengendalian diri.

  1. Upacara Saparan Bekakak

Upacara Saparan Bekakak adalah tradisi unik yang dilaksanakan di daerah Gamping, Sleman. Dalam upacara ini, dua boneka manusia yang terbuat dari tepung beras (bekakak) dikorbankan dengan cara “disembelih”. Ritual ini konon berasal dari zaman Sultan Hamengku Buwono I dan dimaksudkan untuk menghormati Ki Wirasuta, abdi dalem yang gugur saat menambang batu kapur. Upacara ini juga dipercaya sebagai tolak bala bagi para penambang batu kapur di daerah tersebut.

  1. Tradisi Tapa Bisu Mubeng Beteng

Setiap malam sebelum 1 Suro (tahun baru Jawa), banyak orang berkumpul di Alun-alun Kidul Yogyakarta untuk melakukan Tapa Bisu Mubeng Beteng. Mereka berjalan mengelilingi tembok Keraton Yogyakarta dalam diam total, tanpa berbicara atau mengeluarkan suara. Tradisi ini dipercaya dapat membersihkan diri dari energi negatif dan mengundang keberuntungan di tahun yang akan datang.

  1. Upacara Cembengan

Upacara Cembengan adalah tradisi unik yang dilakukan oleh para pekerja pabrik gula di Yogyakarta, khususnya di Pabrik Gula Madukismo. Upacara ini dilaksanakan menjelang musim giling tebu sebagai bentuk syukur dan harapan akan hasil yang melimpah. Dalam upacara ini, seekor kerbau dipotong dan dagingnya dibagikan kepada masyarakat sekitar. Yang menarik, darah kerbau tersebut dioleskan pada mesin-mesin pabrik sebagai simbol “memberi makan” pada mesin agar bekerja dengan baik.

  1. Tradisi Mepe Kasur

“Mepe Kasur” secara harfiah berarti “menjemur kasur”, namun tradisi ini lebih dari sekadar aktivitas rumah tangga biasa. Dilakukan setiap tanggal 1 Suro, masyarakat di beberapa daerah di Yogyakarta menjemur kasur, bantal, dan guling mereka di bawah sinar matahari. Mereka percaya bahwa praktik ini dapat mengusir roh jahat dan energi negatif yang mungkin bersembunyi di dalam perabotan tidur mereka, sekaligus sebagai simbol menyambut tahun baru Jawa dengan kesegaran dan kebersihan.

  1. Upacara Sedekah Laut Pantai Parangkusumo

Meskipun Yogyakarta lebih dikenal dengan keraton dan gunungnya, kota ini juga memiliki tradisi maritim yang unik. Setiap tahun, masyarakat pesisir selatan Yogyakarta, khususnya di Pantai Parangkusumo, melaksanakan upacara Sedekah Laut. Dalam upacara ini, berbagai sesaji termasuk kepala kerbau dilarung ke laut sebagai bentuk syukur kepada penguasa laut selatan, Nyi Roro Kidul. Tradisi ini juga dipercaya dapat menjaga keselamatan para nelayan dan melimpahkan hasil laut.

  1. Tradisi Masangin

Masangin adalah singkatan dari “masuk antara dua beringin”, sebuah tradisi unik yang dapat ditemui di Alun-alun Kidul Yogyakarta. Pengunjung mencoba berjalan dengan mata tertutup di antara dua pohon beringin yang berjarak sekitar 25 meter. Dipercaya, jika seseorang berhasil melewati kedua pohon tersebut dengan mata tertutup, keinginannya akan terkabul. Meskipun terdengar sederhana, tradisi ini menarik banyak pengunjung dan menjadi salah satu daya tarik wisata unik Yogyakarta.

  1. Upacara Rebo Pungkasan

Rebo Pungkasan atau “Rabu Terakhir” adalah tradisi yang dilaksanakan di desa Wonokromo, Pleret, Bantul setiap Rabu terakhir di bulan Sapar menurut penanggalan Jawa. Upacara ini melibatkan pembagian air suci yang disebut “air sembilan sumber” kepada masyarakat. Air ini dipercaya memiliki khasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit dan membawa berkah. Selain itu, ada juga tradisi membuat dan membagikan nasi tumpeng raksasa yang disebut “Gunungan Putri”.

  1. Tradisi Nguras Enceh

Nguras Enceh adalah tradisi membersihkan tempayan air (enceh) yang berada di makam raja-raja Mataram di kompleks Makam Imogiri. Dilaksanakan setiap bulan Suro, tradisi ini melibatkan pembersihan dan penggantian air dalam tempayan yang konon berasal dari berbagai sumber mata air suci di Jawa. Air dari tempayan ini dipercaya memiliki khasiat untuk menyembuhkan penyakit dan membawa keberuntungan. Yang unik, hanya keturunan atau abdi dalem keraton tertentu yang diperbolehkan melakukan ritual ini.

Kesimpulannya, Yogyakarta bukan hanya kota dengan warisan budaya yang kaya, tetapi juga rumah bagi berbagai tradisi unik yang mungkin belum banyak diketahui. Tradisi-tradisi ini bukan sekadar ritual kuno yang dipertahankan, tetapi merupakan cerminan dari kearifan lokal, hubungan manusia dengan alam, dan nilai-nilai spiritual yang masih dijunjung tinggi oleh masyarakat Yogyakarta. Melalui tradisi-tradisi ini, kita dapat melihat bagaimana masyarakat Yogyakarta memadukan unsur-unsur budaya Jawa, Islam, dan bahkan kepercayaan pra-Islam dalam kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini menunjukkan keberagaman dan toleransi yang menjadi ciri khas kota ini. Penting bagi kita untuk terus melestarikan dan menghargai tradisi-tradisi unik ini. Bukan hanya sebagai daya tarik wisata, tetapi juga sebagai warisan budaya yang memperkaya identitas nasional Indonesia. Dengan memahami dan menghargai tradisi-tradisi ini, kita tidak hanya menjaga kearifan lokal, tetapi juga membuka diri terhadap perspektif dan nilai-nilai yang mungkin berbeda dari yang kita kenal sehari-hari. tradisi-tradisi unik di Yogyakarta ini mengingatkan kita bahwa di balik modernisasi dan perkembangan zaman, masih ada kekayaan budaya yang layak untuk dieksplorasi dan dipelajari. Mereka adalah jendela menuju pemahaman yang lebih dalam tentang sejarah, spiritualitas, dan cara hidup masyarakat Yogyakarta yang telah bertahan selama berabad-abad.