Internet Rakyat: Fakta, Harga, dan Kesiapan Jaringan yang Perlu Kamu Tahu

Internet Rakyat: Fakta, Harga, dan Kesiapan Jaringan yang Perlu Kamu Tahu

Akhir-akhir ini, lini masa media sosial dan portal berita teknologi di Indonesia sedang ramai membicarakan topik internet rakyat. Wacana ini muncul bukan tanpa alasan, melainkan dipicu oleh sebuah inisiatif baru yang menjanjikan akses internet berkecepatan tinggi dengan harga yang jauh di bawah rata-rata pasar saat ini. Di tengah keluhan masyarakat mengenai biaya langganan internet yang mahal namun sering kali lambat, kehadiran solusi alternatif ini tentu menarik perhatian publik secara luas.

Namun, di balik euforia harga murah dan kecepatan tinggi tersebut, terdapat berbagai aspek teknis dan regulasi yang perlu dipahami lebih dalam. Apakah janji manis ini realistis untuk diterapkan di negara kepulauan seperti Indonesia? Artikel ini akan mengupas tuntas segala hal mengenai fenomena baru ini, mulai dari konsep dasar, teknologi yang digunakan, hingga tantangan nyata yang dihadapi di lapangan.

Apa Itu Internet Rakyat dan Mengapa Ramai Dibahas

Internet Rakyat: Fakta, Harga, dan Kesiapan Jaringan yang Perlu Kamu Tahu

Secara sederhana, internet rakyat adalah sebuah jenama layanan internet yang diluncurkan oleh PT Solusi Sinergi Digital Tbk, atau yang lebih dikenal dengan nama Surge (kode saham: WIFI). Layanan ini bukanlah layanan internet kabel (fiber optic) konvensional yang mengharuskan teknisi menarik kabel ke dalam rumah pelanggan. Sebaliknya, layanan ini menggunakan teknologi nirkabel canggih yang memungkinkan distribusi sinyal internet melalui udara dari menara pemancar langsung ke modem di rumah pengguna.

Topik ini menjadi viral karena menawarkan solusi atas dua masalah utama internet di Indonesia: harga yang tinggi dan jangkauan yang terbatas. Selama ini, penyedia layanan internet kabel sering kesulitan menjangkau gang-gang sempit atau wilayah perumahan padat karena kendala perizinan tiang dan biaya galian kabel yang mahal.

Dengan mengadopsi teknologi Fixed Wireless Access (FWA), layanan ini diklaim mampu memangkas biaya infrastruktur secara signifikan. Inilah yang membuat konsep internet rakyat begitu menarik perhatian, karena ia datang dengan narasi “demokratisasi digital”—memberikan hak akses internet berkualitas bagi semua lapisan masyarakat, bukan hanya mereka yang tinggal di kompleks perumahan elit di kota besar.

Benarkah Internet Rakyat Menawarkan Harga Murah seperti 100 Mbps Rp100 Ribu?

Salah satu poin diskusi paling panas adalah mengenai struktur harga yang ditawarkan. Rumor yang beredar kencang menyebutkan bahwa layanan ini menawarkan kecepatan fantastis hingga 100 Mbps hanya dengan biaya berlangganan sekitar Rp 100.000 per bulan. Angka ini tentu sangat disruptif jika dibandingkan dengan harga pasar saat ini, di mana paket 100 Mbps dari penyedia layanan konvensional biasanya dibanderol di kisaran Rp 350.000 hingga Rp 700.000 per bulan.

Faktanya, pada masa awal peluncuran program pra-registrasi, memang sempat muncul opsi paket mingguan yang sangat murah, yakni mulai dari Rp 29.000. Opsi ini memberikan fleksibilitas bagi masyarakat kelas menengah ke bawah yang mungkin keberatan membayar biaya bulanan di muka. Namun, perkembangan terbaru pada pertengahan November 2025 menunjukkan adanya perubahan strategi. Beberapa opsi paket termurah dikabarkan menghilang dari situs resmi pendaftaran, menyisakan opsi bulanan yang berada di kisaran Rp 100.000.

Perubahan harga yang dinamis ini menimbulkan pertanyaan mengenai keberlanjutan model bisnis internet rakyat dalam jangka panjang. Ada dugaan bahwa harga awal tersebut merupakan strategi “bakar uang” untuk penetrasi pasar atau mungkin terkendala oleh regulasi anti-persaingan usaha. Meskipun demikian, patokan harga Rp 100.000 untuk kecepatan 100 Mbps tetap menjadi proposisi nilai yang sangat agresif dan jauh lebih hemat dibandingkan kompetitor mana pun di Indonesia saat ini.

Teknologi di Balik Internet Rakyat dan Peran Open RAN

Internet Rakyat: Fakta, Harga, dan Kesiapan Jaringan yang Perlu Kamu Tahu

Bagaimana mungkin sebuah perusahaan menyediakan internet super cepat dengan harga yang begitu murah? Rahasianya terletak pada kombinasi frekuensi khusus dan teknologi Open Radio Access Network (Open RAN). Layanan ini beroperasi pada pita frekuensi 1,4 GHz, sebuah frekuensi yang dinilai ideal untuk layanan internet rumahan karena memiliki daya tembus dinding yang lebih baik dibandingkan frekuensi tinggi, namun memiliki kapasitas data yang lebih besar dibandingkan frekuensi rendah.

Selain frekuensi, kunci efisiensi biaya ada pada penerapan Open RAN. Dalam infrastruktur telekomunikasi tradisional, operator biasanya “terkunci” pada satu vendor besar untuk seluruh perangkat keras dan lunak mereka, yang membuat biaya investasi menjadi sangat mahal. Open RAN mengubah aturan main ini dengan:

  • Memungkinkan perangkat keras dan lunak dari vendor yang berbeda untuk bekerja bersama (interoperabilitas).
  • Menggunakan perangkat keras standar yang lebih umum dan murah, alih-alih perangkat proprietary yang mahal.
  • Memudahkan pembaruan jaringan melalui software, tanpa harus mengganti perangkat keras secara fisik.

Dengan menggunakan Open RAN, biaya pembangunan jaringan (CAPEX) dan biaya operasional (OPEX) dapat ditekan drastis. Penghematan inilah yang kemudian diteruskan kepada konsumen dalam bentuk tarif langganan internet rakyat yang terjangkau. Teknologi ini, yang dikembangkan bersama mitra dari Jepang, OREX SAI, digadang-gadang sebagai masa depan efisiensi telekomunikasi global.

Kesiapan Infrastruktur dan Tantangan Implementasi di Indonesia

Meskipun konsep dan harganya sangat menjanjikan, realisasi di lapangan menghadapi tantangan yang tidak ringan. Kesiapan infrastruktur menjadi sorotan utama. Surge (WIFI) telah memenangkan lelang frekuensi 1,4 GHz untuk Zona 1 yang mencakup wilayah strategis seperti Jawa, Bali, Nusa Tenggara, serta sebagian Sumatera dan Kalimantan. Namun, memenangkan izin frekuensi hanyalah langkah awal.

Tantangan nyata meliputi:

  1. Sertifikasi Perangkat
    Perangkat teknologi baru seperti Open RAN pada frekuensi 1,4 GHz memerlukan sertifikasi teknis (Type Approval) dari Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) sebelum boleh digunakan secara massal. Proses ini memakan waktu dan ketat.
  2. Resistensi Industri
    Kehadiran pemain baru dengan harga yang sangat miring sering kali memicu reaksi dari pemain lama. Isu mengenai predatory pricing (jual rugi untuk mematikan pesaing) telah menjadi perhatian asosiasi penyelenggara jasa internet, yang meminta pemerintah memastikan persaingan usaha yang sehat.
  3. Kondisi Geografis
    Meskipun teknologi nirkabel lebih fleksibel daripada kabel, kontur wilayah Indonesia yang berbukit dan padat bangunan tetap menjadi tantangan bagi penyebaran sinyal yang stabil.

Selain itu, kabar terbaru mengenai penundaan kemitraan teknologi akibat isu regulasi menambah ketidakpastian mengenai seberapa cepat infrastruktur internet rakyat ini dapat digelar secara merata. Operator lain seperti MyRepublic yang juga memenangkan frekuensi serupa di zona berbeda juga sedang dalam tahap persiapan, namun belum seagresif Surge dalam pemasaran publik.

Dampak Positif Internet Rakyat bagi Masyarakat dan Ekonomi Digital

Terlepas dari berbagai tantangan di atas, keberhasilan implementasi layanan ini akan membawa dampak positif yang masif bagi ekosistem digital Indonesia. Jika internet rakyat berhasil digelar sesuai rencana, manfaatnya akan dirasakan langsung oleh berbagai sektor:

  • Pemerataan Akses
    Masyarakat di daerah pinggiran kota (sub-urban) dan pedesaan yang selama ini tidak terlayani kabel serat optik akan mendapatkan akses internet yang setara dengan penduduk kota besar.
  • Pertumbuhan UMKM
    Internet cepat dan murah memungkinkan pelaku usaha mikro untuk go digital, melakukan live streaming jualan, dan mengelola transaksi online tanpa terbebani biaya kuota mahal.
  • Pendidikan Digital
    Pelajar dapat mengakses materi pembelajaran berbasis video dan AI tanpa khawatir koneksi putus-nyambung, mendukung peningkatan literasi digital nasional.
  • Efisiensi Ekonomi
    Penurunan biaya internet akan meningkatkan daya beli masyarakat untuk kebutuhan lain, menggerakkan roda ekonomi di tingkat akar rumput.

Kehadiran layanan ini memaksa industri telekomunikasi untuk berinovasi dan meninjau ulang struktur harga mereka, yang pada akhirnya menguntungkan konsumen. Kompetisi yang sehat akan mendorong peningkatan kualitas layanan secara keseluruhan.

Apakah Internet Rakyat Akan Dirilis dalam Waktu Dekat?

Pertanyaan terbesar saat ini adalah: kapan masyarakat bisa mulai menikmatinya? Secara teknis, pra-registrasi sudah dibuka melalui beberapa kanal resmi. Namun, peluncuran komersial skala penuh tampaknya masih harus melewati beberapa rintangan regulasi dan teknis.

Informasi terbaru mengindikasikan bahwa meskipun minat masyarakat sangat tinggi, pihak penyelenggara masih melakukan penyesuaian terhadap paket layanan dan memastikan kepatuhan terhadap regulasi baru dari Komdigi. Ada kemungkinan peluncuran akan dilakukan secara bertahap per wilayah (klaster), dimulai dari area dengan kepadatan tinggi di Pulau Jawa.

Masyarakat disarankan untuk terus memantau perkembangan berita resmi dan berhati-hati terhadap informasi simpang siur di media sosial. Timeline pasti peluncuran massal internet rakyat masih sangat bergantung pada kelancaran proses perizinan perangkat dan kesiapan jaringan fisik di lapangan yang sedang dikebut pengerjaannya.

Penuutp

Inisiatif ini merupakan angin segar bagi lanskap telekomunikasi Indonesia yang selama ini terjebak dalam dilema harga mahal dan kualitas rendah. Dengan teknologi 5G FWA dan strategi harga yang berani, terobosan ini berpotensi menjembatani kesenjangan digital yang selama ini menghambat pemerataan ekonomi. Meski tantangan regulasi dan infrastruktur masih membayangi, kehadiran internet rakyat setidaknya telah memicu standar baru tentang apa yang seharusnya didapatkan konsumen Indonesia, yaitu internet cepat, stabil, dan terjangkau untuk semua.

Baca Juga: Apa Itu RUU KUHAP? Penjelasan Lengkap, Status Terbaru 2025, dan Isi Pembahasannya di DPR

Apa Itu RUU KUHAP? Penjelasan Lengkap, Status Terbaru 2025, dan Isi Pembahasannya di DPR