Hari Ibu Nasional Diperingati Setiap 22 Desember, Ini Sejarah dan Maknanya

Hari Ibu Nasional Diperingati Setiap 22 Desember, Ini Sejarah dan Maknanya

Hari Ibu Nasional, yang diperingati setiap tanggal 22 Desember, merupakan salah satu momen penting dalam kalender nasional Indonesia. Peringatan ini bukan sekadar rutinitas seremonial untuk memberikan kado atau bunga kepada ibu, melainkan sebuah penghormatan mendalam terhadap jejak perjuangan perempuan Indonesia dalam merebut kemerdekaan dan mengisi pembangunan. Berbeda dengan perayaan serupa di negara lain, Hari Ibu Nasional di Indonesia memiliki akar historis yang kental dengan semangat nasionalisme dan kesetaraan gender yang telah digelorakan jauh sebelum masa kemerdekaan.

Pada tahun 2025 ini, peringatan Hari Ibu Nasional memasuki usia ke-97 dengan mengusung tema besar “Perempuan Berdaya dan Berkarya, Menuju Indonesia Emas 2045”. Momentum ini menjadi pengingat bagi seluruh lapisan masyarakat bahwa perempuan merupakan pilar utama dalam menciptakan generasi bangsa yang tangguh dan berkualitas. Pemerintah dan berbagai elemen masyarakat kembali mengajak publik untuk merefleksikan kembali peran perempuan, tidak hanya dalam ranah domestik, tetapi juga kontribusi signifikan mereka di sektor publik, ekonomi, dan sosial-politik.

Hari Ibu Nasional Diperingati Setiap 22 Desember

Hari Ibu Nasional Diperingati Setiap 22 Desember, Ini Sejarah dan Maknanya

Penetapan tanggal 22 Desember sebagai hari perayaan nasional bukanlah sebuah kebetulan, melainkan keputusan politis yang diambil oleh Presiden Soekarno untuk mengabadikan semangat pergerakan perempuan. Melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 316 Tahun 1959, tanggal ini resmi dikukuhkan sebagai Hari Nasional yang bukan hari libur. Keputusan ini diambil untuk memastikan bahwa setiap tahunnya, bangsa Indonesia berhenti sejenak untuk menoleh ke belakang, menghargai jasa para “Ibu Bangsa” yang turut serta mengangkat senjata, berdiplomasi, dan mendidik generasi muda di masa kolonial.

Bagi masyarakat Indonesia, peringatan ini memiliki urgensi tersendiri di tengah arus globalisasi. Hari Ibu Nasional menjadi benteng budaya untuk melestarikan nilai-nilai luhur kebangsaan. Di berbagai instansi pemerintah, tanggal ini diperingati dengan upacara bendera yang khidmat, pembacaan sejarah singkat pergerakan perempuan, hingga ziarah ke Taman Makam Pahlawan. Hal ini menegaskan bahwa posisi perempuan dalam narasi sejarah Indonesia adalah sebagai subjek yang aktif, setara, dan menentukan arah kemudi bangsa, bukan sekadar pelengkap.

Sejarah Hari Ibu Nasional

Akar sejarah dari peringatan ini bermula dari peristiwa monumental yang terjadi pada tahun 1928. Hanya beberapa pekan setelah para pemuda mengikrarkan Sumpah Pemuda, kaum perempuan Indonesia tidak ingin ketinggalan dalam menyatukan visi kebangsaan. Pada tanggal 22 hingga 25 Desember 1928, bertempat di Ndalem Joyodipuran, Yogyakarta, diselenggarakanlah Kongres Perempuan Indonesia I. Pertemuan akbar ini dihadiri oleh sekitar 30 organisasi perempuan dari berbagai latar belakang agama dan kedaerahan, seperti Wanita Utomo, Aisyiyah, dan Wanita Katolik.

Agenda utama dalam kongres tersebut sangatlah progresif untuk zamannya. Para peserta tidak membahas tips rumah tangga, melainkan mendebatkan isu-isu krusial seperti akses pendidikan bagi anak perempuan, perbaikan gizi, hingga penolakan terhadap perkawinan anak dan perdagangan perempuan. Semangat yang terbangun dalam kongres inilah yang kemudian menjadi landasan lahirnya gerakan perempuan yang terorganisir di Indonesia. Mereka menyadari bahwa nasib perempuan tidak akan berubah tanpa adanya persatuan dan kemerdekaan bangsa dari penjajahan Belanda.

Satu dekade kemudian, tepatnya pada tahun 1938 dalam Kongres Perempuan Indonesia III di Bandung, tanggal dimulainya kongres pertama, yaitu 22 Desember, diusulkan dan ditetapkan sebagai Hari Ibu. Penetapan ini bertujuan untuk menjaga api semangat persatuan agar tidak padam. Pengakuan negara kemudian datang pada tahun 1959 lewat dekrit Presiden Soekarno, yang menjadikan Hari Ibu Nasional sebagai milik seluruh rakyat Indonesia, melampaui sekat-sekat organisasi atau golongan tertentu.

Makna Hari Ibu Nasional bagi Masyarakat Indonesia

Hari Ibu Nasional Diperingati Setiap 22 Desember, Ini Sejarah dan Maknanya

Makna yang terkandung dalam Hari Ibu Nasional jauh melampaui sekadar romantisme kasih sayang ibu dan anak. Bagi masyarakat Indonesia, peringatan ini mengandung makna ideologis tentang kemitraan yang setara antara laki-laki dan perempuan. Konsep “Ibu” dalam konteks ini tidak hanya merujuk pada ibu biologis, melainkan “Ibu Bangsa”, sebuah gelar kehormatan bagi perempuan yang memiliki tanggung jawab mendidik dan menumbuhkan tunas-tunas bangsa agar memiliki karakter yang kuat dan berbudi pekerti luhur.

Dalam konteks sosial dan budaya modern, makna peringatan ini berkembang menjadi seruan untuk pemberdayaan. Perempuan Indonesia masa kini diharapkan mampu menjadi agen perubahan (agent of change) yang adaptif terhadap tantangan zaman. Tema peringatan tahun 2025, misalnya, menekankan pada aspek “Perempuan Berdaya”, yang menyiratkan bahwa perempuan harus memiliki akses terhadap sumber daya ekonomi, perlindungan hukum, dan partisipasi politik. Hal ini sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045, di mana kualitas sumber daya manusia sangat ditentukan oleh peran perempuan dalam keluarga dan masyarakat.

Selain itu, makna peringatan ini juga menyentuh aspek solidaritas sosial. Hari Ibu Nasional menjadi momentum untuk memperkuat jejaring antarperempuan dalam menyelesaikan berbagai masalah sosial, seperti stunting, kemiskinan ekstrem, dan kekerasan dalam rumah tangga. Semangat “Srawung” atau berinteraksi sosial yang cair diangkat di beberapa daerah seperti Yogyakarta, menunjukkan bahwa kekuatan perempuan terletak pada kemampuan mereka untuk membangun kohesi sosial yang harmonis dan inklusif.

Tujuan Peringatan Hari Ibu Nasional

Penyelenggaraan peringatan ini setiap tahunnya memiliki tujuan yang strategis dan edukatif. Tujuan utamanya adalah untuk mewariskan nilai-nilai luhur dan semangat perjuangan yang terkandung dalam sejarah Kongres Perempuan Indonesia kepada generasi muda. Di tengah gempuran budaya pop yang sering kali mereduksi makna hari besar menjadi sekadar perayaan konsumtif, Hari Ibu Nasional hadir untuk mengedukasi publik bahwa perempuan Indonesia adalah pejuang yang tangguh.

Tujuan selanjutnya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan melalui berbagai advokasi kebijakan. Peringatan ini sering kali dijadikan platform oleh pemerintah, seperti Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), untuk meluncurkan program-program baru yang berpihak pada perempuan. Pada tahun 2025, misalnya, fokus diarahkan pada penguatan ekonomi perempuan melalui kewirausahaan dan perlindungan dari kekerasan seksual. Dengan demikian, peringatan ini tidak berhenti pada seremoni, tetapi berlanjut pada aksi nyata yang berdampak langsung pada kesejahteraan perempuan.

Selain itu, peringatan ini juga bertujuan untuk mendorong kesetaraan gender dalam pembangunan berkelanjutan. Melalui berbagai kampanye dan seminar yang digelar sepanjang bulan Desember, masyarakat diajak untuk menghapus bias gender dan stereotip negatif yang masih melekat pada perempuan. Tujuannya adalah menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perempuan untuk mengaktualisasikan dirinya tanpa rasa takut atau diskriminasi, sehingga mereka dapat berkontribusi maksimal bagi kemajuan negara.

Perbedaan Hari Ibu Nasional dan Mother’s Day International

Sering kali terjadi kerancuan di tengah masyarakat mengenai perbedaan antara Hari Ibu Nasional dengan Mother’s Day yang dirayakan secara internasional, khususnya di Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya. Perbedaan yang paling mendasar terletak pada latar belakang sejarah dan esensi perayaannya.

  • Latar Belakang Sejarah
    Mother’s Day internasional, yang biasanya jatuh pada hari Minggu kedua bulan Mei, bermula dari inisiatif Anna Jarvis di Amerika Serikat pada awal abad ke-20 untuk mengenang ibunya secara personal. Fokusnya adalah ikatan emosional pribadi antara anak dan ibu. Sebaliknya, peringatan di Indonesia lahir dari sebuah gerakan politik kolektif dalam Kongres Perempuan 1928 yang mengusung agenda kemerdekaan dan perbaikan sosial.
  • Fokus Perayaan
    Jika Mother’s Day lebih menekankan pada memanjakan ibu dengan meliburkannya dari tugas domestik atau memberinya hadiah (seperti bunga anyelir), Hari Ibu Nasional menekankan pada peran publik perempuan. Meskipun tradisi memberi kado juga mulai populer di Indonesia, inti dari peringatan 22 Desember tetaplah pada pengakuan peran perempuan dalam pembangunan bangsa dan negara.
  • Subjek Peringatan
    Di Barat, perayaan ditujukan spesifik kepada perempuan yang sudah memiliki anak. Di Indonesia, semangat 22 Desember mencakup seluruh perempuan Indonesia, baik yang sudah menjadi ibu maupun belum, karena setiap perempuan dianggap memiliki peran sebagai “Ibu Bangsa” yang turut mendidik masyarakat.

Penutup

Hari Ibu Nasional yang diperingati setiap tanggal 22 Desember adalah sebuah monumen sejarah yang hidup. Ia bukan sekadar tanggal di kalender, melainkan pengingat abadi akan kekuatan persatuan perempuan Indonesia yang telah teruji oleh zaman. Dari Kongres Perempuan 1928 hingga era digital 2025, semangat untuk berdaya dan berkarya terus menyala.

Masyarakat Indonesia diharapkan dapat memaknai peringatan ini dengan lebih substansial. Menghormati ibu dan perempuan tidak cukup hanya dengan ucapan selamat satu hari dalam setahun, melainkan dengan memberikan ruang yang aman, setara, dan mendukung bagi mereka untuk berkembang setiap harinya. Hanya dengan cara itulah, cita-cita luhur para pendiri bangsa dan visi Indonesia Emas dapat benar-benar terwujud.

Baca Juga: Hari Kesetiakawanan Nasional: Sejarah, Makna, dan Peringatannya di Indonesia

Hari Kesetiakawanan Nasional: Sejarah, Makna, dan Peringatannya di Indonesia