Film animasi Jumbo, yang telah memikat lebih dari 6 juta penonton, menghadirkan visual memukau yang menghidupkan cerita keluarga penuh emosi. Di balik final look yang memanjakan mata ini, Mulyan, alumni Universitas Amikom Yogyakarta, berperan besar sebagai Lighting and Compositing Artist di departemen Lighting, Rendering, dan Compositing (LRC). Dalam podcast Universitas Amikom Jakarta Creative Economy Park, Mulyan berbagi kisah inspiratifnya, mengukir visual Jumbo dan menginspirasi generasi kreatif.
Profil Alumni Amikom
Mulyan Nuarsa adalah alumni Universitas Amikom Yogyakarta dari program S1 Informatika angkatan 2009, yang kini telah menorehkan prestasi di industri animasi Indonesia. Berasal dari Makassar, ia memilih Amikom atas rekomendasi kenalan dan keinginan untuk menimba ilmu di Yogyakarta, meskipun diterima di universitas lain seperti Unikom Surabaya dan Binus Jakarta. Saat kuliah, Mulyan menjalani masa transisi institusi dari STMIK menjadi universitas, dengan skripsi dibimbing oleh Pak Hanif, yang kini menjabat sebagai Wakil Rektor I Bidang Akademik. Kini berdomisili di Tangerang, Mulyan telah membangun karier yang mengesankan, terutama melalui kontribusinya dalam film animasi Jumbo.
Selama di Amikom, Mulyan tidak hanya fokus pada akademik, tetapi juga aktif dalam organisasi kampus yang membentuk keterampilan non-teknisnya. Ia terlibat dalam Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika (HMJTI) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Omega Shelter, bahkan menjadi ketua acara besar seperti Expo UKM. Pengalaman ini, ditambah kegiatan seperti Penggalian Potensi Mahasiswa (PPM) dan Pelatihan Super Unggul (PSU), mengasah kemampuannya dalam manajemen waktu, komunikasi, dan kepemimpinan. Mata kuliah Multimedia dan Animasi 3D, yang diajarkan oleh dosen seperti Pak Dani, memberikan fondasi teknis yang menjadi bekal utama untuk kariernya di bidang animasi.
Perjalanan karier Mulyan dimulai dari lingkungan kreatif di kosan bersama teman-teman seperti Irul, di mana mereka bereksperimen dengan proyek VFX dan animasi 3D. Setelah lulus, ia bergabung dengan MSV Pictures, badan usaha milik Amikom, sebagai kompositor untuk film Battle of Surabaya. Kariernya berkembang saat pindah ke Jakarta dan bekerja di Little Giants untuk proyek seperti Nusarara, sebelum akhirnya menjadi Lighting and Compositing Artist di Visinema Studio untuk Jumbo. Dalam proyek ini, Mulyan memimpin tim LRC beranggotakan 12-18 orang, berkontribusi pada visual film yang sukses menarik lebih dari 6 juta penonton. Kisahnya mencerminkan kombinasi pendidikan berkualitas, pengalaman organisasi, dan semangat kreatif yang dibawa dari Amikom.
Tugas Teknis dalam Produksi Film Jumbo
Mulyan menjelaskan bahwa ia bekerja sebagai bagian dari vendor di Visinema Studio untuk film Jumbo, dengan fokus pada Lighting, Rendering, dan Compositing (LRC). Berikut adalah rincian tugas teknis yang ia dan timnya lakukan:
- Lighting (Pencahayaan):
- Tugas Utama: Mengatur pencahayaan untuk setiap adegan agar menghasilkan tampilan visual yang mendukung cerita dan estetika film. Pencahayaan ini mencakup pengaturan cahaya, bayangan, dan efek visual seperti sorotan atau pantulan.
- Proses Teknis:
- Menentukan posisi, intensitas, dan warna cahaya untuk karakter dan latar belakang agar sesuai dengan suasana adegan (misalnya, cahaya lembut untuk adegan emosional atau dramatis untuk momen tegang).
- Mengaplikasikan teknik shading untuk menonjolkan tekstur dan detail, seperti highlight pada karakter atau bayangan pada lingkungan.
- Mulyan menyebutkan bahwa pencahayaan diperlukan untuk membuat aset 3D (yang sudah memiliki warna dan tekstur dasar) tampak lebih hidup dan realistis.
- Peran dalam Produksi: Pencahayaan adalah langkah awal dalam proses LRC untuk memastikan elemen visual seperti karakter dan latar belakang terlihat sesuai dengan visi artistik sutradara.
- Rendering:
- Tugas Utama: Mengubah aset 3D yang sudah diberi pencahayaan dan tekstur menjadi gambar atau video final melalui proses komputasi.
- Proses Teknis:
- Rendering dilakukan oleh vendor khusus, tetapi Mulyan dan timnya bertugas menyiapkan pengaturan (setup) untuk rendering, seperti menentukan parameter pencahayaan, tekstur, dan efek visual.
- Proses ini melibatkan pengolahan ribuan frame animasi, di mana setiap detik film membutuhkan 24 frame. Rendering memerlukan perangkat keras canggih karena intensitas komputasinya yang tinggi.
- Mulyan menekankan bahwa hasil render awal tidak langsung siap tayang di bioskop, melainkan memerlukan langkah tambahan untuk penyempurnaan.
- Tantangan: Rendering adalah proses yang memakan waktu dan sumber daya, sehingga efisiensi dalam pengaturan sangat penting untuk memenuhi tenggat waktu produksi.
- Compositing:
- Tugas Utama: Menggabungkan berbagai elemen visual (layer) seperti karakter, latar belakang, dan efek khusus menjadi satu gambar utuh yang mulus untuk setiap shot.
- Proses Teknis:
- Elemen-elemen seperti karakter, latar belakang, dan efek (misalnya, asap atau kilatan cahaya) dirender secara terpisah untuk mengurangi beban komputasi. Compositing mengintegrasikan layer-layer ini menjadi satu shot.
- Melakukan color grading untuk menyesuaikan warna dan nuansa visual, memastikan konsistensi estetika di seluruh adegan. Misalnya, menonjolkan warna tertentu untuk menciptakan suasana ceria atau dramatis.
- Mulyan menyebutkan bahwa compositing adalah langkah akhir untuk “mengemas” semua elemen agar tampak alami, sebelum diserahkan ke editor untuk pemotongan dan penyusunan akhir.
- Tantangan: Memastikan semua layer menyatu tanpa cacat visual, seperti perbedaan warna atau bayangan yang tidak sesuai, membutuhkan ketelitian tinggi.
- Koordinasi Tim LRC:
- Mulyan menjelaskan bahwa departemen LRC untuk Jumbo melibatkan dua vendor, dengan total sekitar 40 orang. Timnya sendiri terdiri dari 12-18 orang (tambah personel di akhir produksi untuk mengejar kuota).
- Sebagai bagian dari tim, Mulyan bertanggung jawab mengatur workflow, memastikan pengaturan pencahayaan dan rendering sesuai standar, serta mengawasi proses compositing hingga menghasilkan final look untuk setiap shot.
- Shot yang telah selesai dikirim ke editor untuk dipotong dan disusun sesuai kebutuhan naratif film, sebelum menjalani color grading akhir.
- Tantangan Teknis Keseluruhan:
- Pemisahan Layer: Untuk efisiensi, elemen seperti karakter, latar, dan efek dirender terpisah, yang memerlukan koordinasi ketat agar hasil compositing terlihat mulus.
- Kualitas Bioskop: Hasil render awal tidak langsung layak tayang di bioskop karena keterbatasan teknis, sehingga compositing menjadi kunci untuk menyempurnakan visual.
- Tenggat Waktu: Dengan Jumbo menembus lebih dari 6 juta penonton, tekanan untuk menyelesaikan ribuan shot dengan kualitas tinggi dalam waktu terbatas sangat besar, terutama dengan deadline yang ketat.
Proses Pembuatan Film Jumbo
Meskipun podcast tidak merinci keseluruhan proses produksi Jumbo, Mulyan memberikan gambaran bahwa pembuatan film ini adalah proses panjang yang melibatkan banyak tahap dan tim. Berikut adalah poin-poin terkait proses pembuatan film berdasarkan informasi dalam podcast:
- Durasi Produksi:
- Proses pembuatan Jumbo dimulai sekitar tahun 2023 dan berlangsung hingga rilis pada 2024. Mulyan menyebutkan periode ini sebagai “rangkaian panjang” dengan tenggat waktu yang menantang.
- Produksi melibatkan kerja sama berbagai departemen, termasuk tim produksi, manajemen proyek (seperti Zupita sebagai produser dan Irul sebagai manajer produksi), dan tim teknis seperti LRC.
- Tahap Produksi yang Disebutkan:
- Pembuatan Aset 3D: Sebelum sampai ke tim LRC, aset seperti karakter dan latar belakang sudah dibuat dengan tekstur dan warna dasar oleh tim modeling dan texturing. Mulyan menyebutkan bahwa aset ini sudah memiliki warna, tetapi memerlukan pencahayaan untuk menonjolkan tekstur dan detail.
- Pencahayaan dan Rendering: Setelah aset selesai, tim LRC mengambil alih untuk mengatur pencahayaan, merender, dan menggabungkan elemen visual. Proses ini merupakan bagian inti dari produksi visual.
- Compositing dan Editing: Setelah compositing selesai, shot diserahkan ke editor untuk dipotong dan disusun menjadi urutan naratif. Color grading dilakukan sebagai langkah akhir untuk memastikan estetika visual konsisten.
- Gala Premier: Mulyan menyebutkan momen gala premier sebagai puncak emosional, di mana tim merasakan “magic” saat melihat reaksi penonton terhadap hasil kerja mereka. Ini menandakan selesainya produksi dan transisi ke distribusi.
- Skala Produksi:
- Film Jumbo melibatkan banyak pihak, dengan Visinema Studio sebagai rumah produksi utama dan berbagai vendor untuk tugas spesifik seperti rendering.
- Departemen LRC saja membutuhkan sekitar 40 orang, menunjukkan skala besar produksi yang memerlukan koordinasi lintas tim untuk menghasilkan visual berkualitas bioskop.
- Hasil dan Dampak:
- Jumbo berhasil menarik lebih dari 6 juta penonton, menjadikannya film animasi keluarga yang fenomenal di Indonesia.
- Mulyan menyoroti bahwa film ini diterima dengan baik oleh penonton, dengan reaksi emosional seperti tawa dan tangis, terutama karena relevansinya sebagai pengalaman keluarga dan kenangan pertama anak-anak di bioskop.
- Proses produksi yang panjang dan detail, termasuk kerja tim LRC, berkontribusi pada kualitas visual dan naratif yang membuat film ini “hidup” dan diterima secara luas.
Pengaruh Pendidikan Amikom terhadap Karier
Pendidikan di Universitas Amikom Yogyakarta memiliki pengaruh signifikan terhadap karier Mulyan sebagai Lighting and Compositing Artist, terutama melalui kurikulum teknis dan pengalaman organisasi. Saat kuliah di S1 Teknik Informatika angkatan 2009, Mulyan mengikuti mata kuliah Multimedia dan Animasi 3D yang diajarkan oleh dosen seperti Pak Dani. Dalam podcast Universitas Amikom Jakarta Creative Economy Park, ia menyebutkan bahwa mata kuliah ini memberikan dasar teknis untuk pekerjaannya di bidang animasi, seperti pengolahan visual 3D yang diterapkan saat mengerjakan Jumbo. Kurikulum Amikom, yang kini mencakup program seperti S1 Teknologi Informasi dengan spesialisasi animasi dan game, menunjukkan komitmen institusi terhadap industri kreatif, yang selaras dengan jalur karier Mulyan.
Pengalaman organisasi kampus juga memainkan peran krusial dalam membentuk keterampilan non-teknis yang mendukung kariernya. Mulyan aktif di Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika (HMJTI), UKM Omega Shelter, dan menjadi ketua acara seperti Expo UKM. Kegiatan ini, bersama dengan program seperti Penggalian Potensi Mahasiswa (PPM) dan Pelatihan Super Unggul (PSU), mengasah kemampuan manajemen waktu, komunikasi, dan kepemimpinan. “Organisasi membantu mahasiswa informatika yang cenderung kurang komunikatif untuk bersosialisasi,” ujarnya. Keterampilan ini terbukti vital saat ia memimpin tim LRC beranggotakan 12-18 orang untuk Jumbo, mengelola tugas kompleks seperti pencahayaan, rendering, dan compositing di bawah tekanan tenggat waktu.
Selain itu, lingkungan kreatif di Amikom memperkuat minat dan keterampilan Mulyan di bidang animasi. Ia menemukan “circle” produktif di kosan bersama teman seperti Irul, yang juga terlibat di Jumbo, di mana mereka bereksperimen dengan proyek VFX dan animasi 3D. Pengalaman ini, ditambah koneksi dengan alumni dan dosen, membuka pintu karier pertamanya di MSV Pictures (badan usaha Amikom) untuk Battle of Surabaya sebagai kompositor. Pendidikan Amikom tidak hanya memberikan keahlian teknis, tetapi juga membangun jaringan, pola pikir kritis, dan kemampuan bersosialisasi yang memungkinkan Mulyan berkembang di industri animasi kompetitif, seperti saat berkontribusi pada Jumbo yang ditonton lebih dari 6 juta penonton.
Pesan untuk Mahasiswa dan Calon Mahasiswa
Mulyan, alumni Universitas Amikom Yogyakarta dan Lighting and Compositing Artist untuk film animasi Jumbo, berbagi pesan inspiratif bagi mahasiswa dan calon mahasiswa dalam podcast Universitas Amikom Jakarta Creative Economy Park. Ia menekankan pentingnya mencari lingkungan atau “circle” yang mendukung passion dan pengembangan keterampilan selama kuliah. “Jangan hanya kuliah-pulang, carilah komunitas yang nyaman untuk mengasah skill kalian,” ujarnya. Menurutnya, bergabung dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) atau organisasi seperti Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika (HMJTI) dapat membantu mahasiswa, terutama dari bidang informatika, untuk meningkatkan kemampuan bersosialisasi, berpikir kritis, dan mengelola waktu—keterampilan yang krusial di dunia kerja, seperti yang ia terapkan saat memimpin tim LRC di Jumbo.
Bagi calon mahasiswa, Mulyan mendorong untuk memilih Amikom sebagai tempat mengejar mimpi di industri kreatif, dengan 19 program studi seperti S1 Teknologi Informasi (spesialisasi animasi dan game) yang relevan dengan perkembangan zaman. Ia menyarankan agar mahasiswa baru aktif mencari passion melalui mata kuliah seperti Multimedia dan Animasi 3D, serta memanfaatkan fasilitas modern seperti aplikasi Amikom One dan pendaftaran online via pmb.amikom.ac.id. Pengalamannya bereksperimen dengan VFX bersama teman di kosan menunjukkan bahwa inisiatif pribadi dan lingkungan kreatif di Amikom dapat membuka peluang karier, seperti yang ia raih di MSV Pictures dan Visinema Studio.
Mulyan juga mengingatkan bahwa pendidikan tinggi di Amikom bukan hanya soal keahlian teknis, tetapi juga tentang membangun nilai tambah untuk dunia kerja. “Kuliah mengajarkan cara mengelola waktu dan bersosialisasi, yang sangat penting di industri,” katanya. Ia mendorong mahasiswa untuk menjalin koneksi melalui Keluarga Jaringan Alumni (Kejala) dan memanfaatkan kesempatan seperti diskon 10% tiket KAI untuk tetap terhubung dengan komunitas. Dengan semangat #BanggaJadiAlumniAmikom, Mulyan mengajak calon mahasiswa untuk bergabung di Amikom, menemukan passion, dan mengukir prestasi seperti dirinya di industri kreatif yang kompetitif.