Gunung bukan sekadar bentang alam yang memukau mata atau arena petualangan bagi para pendaki. Lebih dari itu, gunung adalah pasak bumi yang menopang kehidupan miliaran manusia melalui penyediaan air bersih, energi, dan pangan. Menyadari peran vital ini, masyarakat dunia bersiap menyambut peringatan Hari Gunung Internasional yang akan jatuh pada hari Kamis, 11 Desember 2025 mendatang.
Peringatan tahun ini terasa jauh lebih mendesak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Di Indonesia, kita dihadapkan pada dua realitas yang kontras namun sama-sama mengkhawatirkan: ancaman kepunahan salju abadi di Puncak Jaya Papua akibat pemanasan global, serta peningkatan aktivitas vulkanik di Gunung Merapi dan Marapi yang menuntut kewaspadaan tinggi. Momen ini menjadi pengingat keras bahwa keseimbangan ekosistem pegunungan kita sedang berada di titik kritis.
Sejarah Hari Gunung Internasional

Perjalanan menuju penetapan hari peringatan ini memiliki akar sejarah yang panjang dalam diplomasi lingkungan global. Kesadaran akan pentingnya pegunungan mulai dikukuhkan secara formal pada tahun 1992, ketika Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menggelar Konferensi Lingkungan dan Pembangunan (UNCED) di Rio de Janeiro. Dalam konferensi tersebut, lahirlah dokumen Agenda 21, di mana Bab 13 secara khusus menyoroti judul “Mengelola Ekosistem Rapuh: Pembangunan Pegunungan Berkelanjutan”.
Satu dekade setelah momentum di Rio, PBB mendedikasikan tahun 2002 sebagai Tahun Pegunungan Internasional. Kesuksesan program sepanjang tahun tersebut dalam meningkatkan atensi global akhirnya mendorong Majelis Umum PBB untuk menetapkan resolusi permanen. Sejak saat itu, tanggal 11 Desember resmi dikukuhkan sebagai hari perayaan tahunan bagi pegunungan di seluruh dunia, dengan peringatan pertama kali dilaksanakan pada tahun 2003.
Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) ditunjuk sebagai badan koordinator utama untuk memfasilitasi peringatan ini. Setiap tahunnya, FAO bekerja sama dengan pemerintah dan organisasi masyarakat sipil untuk memastikan isu-isu pegunungan tetap menjadi prioritas dalam agenda pembangunan global.
Tujuan dan Pesan Utama Peringatan Hari Gunung Internasional
Peringatan ini dirancang bukan sekadar untuk seremonial belaka, melainkan untuk mencapai tujuan strategis jangka panjang. Secara garis besar, tujuannya adalah meningkatkan kesadaran publik tentang betapa bergantungnya kehidupan di bumi pada kesehatan ekosistem pegunungan.
Pesan utama yang ingin disampaikan meliputi:
- Konservasi Sumber Daya Air
Mengingatkan bahwa pegunungan adalah “menara air” dunia yang menyediakan 60-80% sumber daya air tawar bagi planet ini. Kerusakan di hulu akan berdampak langsung pada krisis air di hilir. - Ketahanan Pangan dan Biodiversitas
Pegunungan menjadi rumah bagi separuh dari hotspot keanekaragaman hayati dunia dan tempat tumbuh bagi banyak tanaman pangan penting seperti kentang, jagung, dan biji-bijian. - Perlindungan Masyarakat Adat
Masyarakat yang tinggal di pegunungan sering kali merupakan kelompok yang paling rentan terhadap perubahan iklim, namun memegang kearifan lokal yang krusial untuk adaptasi lingkungan.
Selain itu, peringatan ini juga bertujuan membangun aliansi global untuk membawa perubahan positif. Hal ini mencakup upaya mendorong kebijakan pemerintah yang pro-lingkungan hingga menggerakkan sektor swasta untuk berinvestasi dalam pembangunan berkelanjutan di kawasan dataran tinggi.
Tema Resmi Tahun Ini
Untuk tahun 2025, tema global yang diusung adalah “Glaciers matter for water, food and livelihoods in mountains and beyond” (Glasir penting bagi air, pangan, dan kehidupan di pegunungan dan sekitarnya).
Pemilihan tema ini sangat relevan dengan penetapan tahun 2025 sebagai Tahun Internasional Pelestarian Glasir (International Year of Glaciers’ Preservation) oleh PBB. Dunia sedang menyoroti krisis mencairnya es di kutub dan pegunungan tinggi yang terjadi dengan kecepatan belum pernah terjadi sebelumnya. Tema ini mengajak kita untuk memahami bahwa hilangnya glasir bukan hanya soal perubahan lanskap, tetapi ancaman nyata bagi pasokan air irigasi pertanian, pembangkit listrik tenaga air, dan ketersediaan air minum.
Di Indonesia, tema ini memiliki resonansi yang pedih. Kita sedang menyaksikan sisa-sisa terakhir dari glasir tropis di Puncak Jaya, Papua, yang diprediksi para ilmuwan akan punah sepenuhnya dalam kurun waktu 2025 hingga 2027 akibat dampak El Niño dan kenaikan suhu bumi. Peringatan Hari Gunung Internasional tahun ini menjadi seruan darurat untuk menyelamatkan apa yang tersisa dari kriosfer bumi.
Pentingnya Ekosistem Pegunungan bagi Kehidupan
Mengapa kita harus peduli? Kontribusi ekosistem pegunungan sering kali tidak terlihat secara langsung oleh masyarakat perkotaan, namun dampaknya sangat vital:
- Penyedia Air Tawar
Glasir dan lapisan salju di pegunungan menyimpan sekitar 70% dari cadangan air tawar dunia. Lelehan es ini mengalir ke sungai-sungai besar yang menghidupi peradaban di dataran rendah. - Rumah Keanekaragaman Hayati
Topografi gunung yang unik menciptakan berbagai mikroklimat yang memungkinkan spesies flora dan fauna langka untuk bertahan hidup. Sekitar 25% keanekaragaman hayati darat berada di kawasan ini. - Penopang Ekonomi
Pariwisata pegunungan menyumbang sekitar 15-20% dari industri pariwisata global. Di Indonesia, destinasi seperti Bromo, Rinjani, dan Merapi menjadi tulang punggung ekonomi bagi ribuan warga lokal. - Benteng Budaya
Bagi banyak komunitas, gunung adalah tempat sakral. Hilangnya elemen alam di gunung sering kali berarti hilangnya identitas budaya dan spiritual masyarakat adat setempat. - Pengatur Iklim
Hutan pegunungan berperan besar dalam menyerap karbon dioksida dan mengatur pola cuaca regional. Kerusakan hutan di lereng gunung dapat memicu bencana hidrometeorologi seperti banjir bandang dan tanah longsor.
Cara Memperingati Hari Gunung Internasional

Partisipasi dalam peringatan ini tidak harus selalu dengan mendaki ke puncak tertinggi. Ada banyak cara bermakna yang bisa dilakukan oleh siapa saja, di mana saja:
- Edukasi dan Literasi Digital
Manfaatkan media sosial untuk menyebarkan fakta tentang kondisi pegunungan saat ini. Gunakan tagar resmi seperti #MountainsMatter atau #HariGunungInternasional untuk memperluas jangkauan pesan konservasi. - Aksi Nyata di Lapangan
Bergabunglah dengan komunitas lokal dalam kegiatan bersih gunung (clean up) atau penanaman pohon di daerah tangkapan air. Di Yogyakarta misalnya, komunitas sering melakukan aksi bersih Sungai Code yang berhulu di Merapi sebagai bentuk kepedulian dari hilir ke hulu. - Wisata yang Bertanggung Jawab
Jika Anda berencana mendaki, terapkan prinsip Zero Waste Adventure. Bawa turun kembali semua sampah Anda, hindari penggunaan botol plastik sekali pakai, dan patuhi aturan taman nasional. Ingat, saat ini beberapa kawasan seperti Gunung Merapi mungkin memiliki status waspada, jadi selalu patuhi arahan otoritas setempat. - Dukungan Ekonomi Lokal
Membeli produk hasil pertanian atau kerajinan masyarakat pegunungan adalah cara konkret mendukung ekonomi mereka. Kopi, teh, atau rempah-rempah yang ditanam secara berkelanjutan di dataran tinggi membantu petani menjaga lahan mereka tanpa harus merusak hutan. - Partisipasi dalam Forum Diskusi
Ikuti webinar, seminar, atau diskusi publik yang sering diadakan oleh kampus atau organisasi pecinta alam (Mapala) selama bulan Desember. Ini adalah kesempatan baik untuk memperdalam wawasan mengenai isu lingkungan terkini.
Penutup
Hari Gunung Internasional adalah momen refleksi kolektif di tengah krisis iklim yang semakin nyata. Dari mencairnya es di Puncak Jaya hingga gemuruh aktivitas vulkanik di Jawa dan Sumatera, alam sedang mengirimkan pesan yang jelas tentang kerentanannya. Tema tahun ini mengingatkan kita bahwa air yang kita minum dan pangan yang kita makan sangat bergantung pada kelestarian ekosistem di ketinggian sana.
Mari jadikan tanggal 11 Desember ini bukan sekadar perayaan satu hari, melainkan titik awal untuk mengubah gaya hidup menjadi lebih ramah lingkungan. Setiap langkah kecil dimulai dari mengurangi emisi karbon hingga mendukung pariwisata berkelanjutan adalah kontribusi berharga untuk menjaga “pasak bumi” ini tetap kokoh bagi generasi mendatang. Selamat Hari Gunung Internasional!
Baca Juga: Hari HAM Sedunia 2025: Tema, Makna, dan Peringatan 10 Desember di Indonesia
Hari HAM Sedunia 2025: Tema, Makna, dan Peringatan 10 Desember di Indonesia




