Jangan Salah! 8 Mitos Terkait Kesehatan Yang Ternyata Salah

Di dunia kesehatan, tidak jarang kita mendengar informasi yang beredar luas, baik dari mulut ke mulut maupun media sosial. Sayangnya, tidak semua informasi ini berdasarkan fakta ilmiah yang akurat. Beberapa adalah mitos yang sudah terlanjur dipercaya oleh banyak orang. Untuk membantu meluruskan persepsi yang salah, berikut adalah tujuh mitos umum dalam dunia kesehatan yang harus kita pahami dengan benar.

1.   Makan Larut Malam Menyebabkan Berat Badan Naik

Faktanya bukan waktu makan, tapi jumlah kalori yang kamu konsumsi sepanjang hari yang menentukan apakah berat badanmu naik atau tidak.

Banyak orang percaya bahwa makan setelah jam 8 malam secara otomatis menyebabkan kenaikan berat badan, tetapi ini tidak sepenuhnya benar. Berat badan bertambah ketika kita mengonsumsi lebih banyak kalori daripada yang kita bakar. Jika asupan kalorimu melebihi yang dibutuhkan tubuh, baik kamu makan di pagi atau malam hari, maka berat badan tetap akan naik. Makan di malam hari bisa berdampak pada pola tidur jika tidak dipilih dengan bijak, tapi bukan faktor utama dalam peningkatan berat badan.

2.   Minum Air Dingin Saat Panas Dapat Menyebabkan Sakit

Faktanya minum air dingin setelah berolahraga atau di cuaca panas tidak berbahaya bagi tubuh.

Mitos ini berasal dari kepercayaan bahwa air dingin akan membuat tubuh kaget dan menyebabkan sakit. Faktanya, suhu air baik panas maupun dingin saat masuk lambung akan menjadi normal. Sebuah studi bahkan menunjukkan bahwa minum air dingin dapat mempercepat proses pendinginan tubuh setelah berolahraga. Namun, yang perlu diperhatikan adalah minum air dingin dengan terlalu cepat setelah aktivitas berat memang bisa menimbulkan kram di perut, jadi konsumsi air secara perlahan tetap disarankan.

3.   Vaksin Bisa Menyebabkan Autisme

Faktanya tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan hubungan antara vaksinasi dan autisme.

Mitos ini muncul dari sebuah studi yang diterbitkan pada tahun 1998 yang kemudian terbukti tidak akurat dan ditarik kembali oleh jurnal medis yang mempublikasikannya. Berbagai penelitian skala besar sejak itu telah menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara vaksin, termasuk vaksin campak, gondok, dan rubella (MMR), dan autisme. Para ahli kesehatan pun sepakat bahwa vaksinasi penting untuk mencegah penyebaran penyakit berbahaya.

4.   Gula Menyebabkan Anak Hiperaktif

Faktanya tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa konsumsi gula menyebabkan hiperaktivitas pada anak-anak.

Meskipun banyak orang tua merasa bahwa anak-anak mereka menjadi lebih “liar” setelah makan makanan manis, penelitian menunjukkan bahwa ini lebih karena harapan sosial daripada efek langsung gula. Anak-anak cenderung aktif di acara sosial seperti pesta ulang tahun, di mana mereka juga biasanya mengonsumsi makanan manis, sehingga muncul kesan bahwa gula adalah penyebabnya. Padahal, energi dari gula bekerja seperti sumber energi lainnya dalam tubuh, dan tidak secara langsung menyebabkan hiperaktivitas.

5.   Suplemen Vitamin Dapat Mencegah Flu

Faktanya meskipun vitamin penting untuk sistem kekebalan tubuh, tidak ada bukti kuat bahwa suplemen vitamin dapat sepenuhnya mencegah flu.

Vitamin memang berperan penting dalam menjaga kesehatan dan sistem kekebalan tubuh, tetapi mengonsumsi suplemen vitamin tidak otomatis melindungi dari infeksi flu. Cara terbaik untuk mencegah flu adalah dengan mendapatkan vaksin flu tahunan dan menjaga kebersihan, seperti mencuci tangan secara teratur. Suplemen vitamin bisa bermanfaat jika kamu kekurangan vitamin, tetapi itu bukan pengganti perlindungan vaksinasi flu.

6.   Telur Meningkatkan Kolesterol dan Tidak Sehat

Faktanya mengonsumsi telur dalam jumlah yang wajar tidak berisiko tinggi dalam meningkatkan kadar kolesterol dalam darah.

Telur sering kali dikaitkan dengan peningkatan kolesterol karena kandungan kolesterolnya yang cukup tinggi. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa kolesterol dalam makanan seperti telur tidak berdampak besar pada kadar kolesterol darah pada sebagian besar orang. Asupan lemak jenuh dalam makanan justru berpengaruh lebih besar terhadap peningkatan kolesterol jahat (LDL). Telur kaya akan nutrisi seperti protein, vitamin B12, dan kolin, sehingga tetap sehat untuk dikonsumsi dalam jumlah yang wajar, kecuali jika kamu memiliki kondisi medis khusus yang membatasi konsumsi kolesterol.

7. Penggunaan Microwave dapat Menghancurkan Nutrisi dalam Makanan

Faktanya microwave tidak menghancurkan lebih banyak nutrisi dibanding metode memasak lainnya.

Beberapa orang khawatir bahwa menggunakan microwave dapat menghilangkan nutrisi penting dari makanan, tetapi ini sebenarnya tergantung pada metode memasak. Faktanya, microwave cenderung mempertahankan lebih banyak nutrisi karena waktu memasaknya yang lebih singkat dan membutuhkan sedikit atau tanpa air. Nutrisi yang larut dalam air, seperti vitamin C, lebih mungkin hilang ketika makanan dimasak dengan cara direbus dalam air. Jadi, penggunaan microwave sebenarnya bisa menjadi salah satu cara memasak yang lebih baik untuk mempertahankan nutrisi dalam makanan.

8.   Orang yang Sering Berkeringat Lebih Cepat Membakar Kalori

Faktanya berkeringat tidak secara langsung berkaitan dengan jumlah kalori yang dibakar.

Banyak orang percaya bahwa semakin banyak mereka berkeringat, semakin banyak kalori yang mereka bakar. Namun, keringat adalah respons tubuh terhadap panas, bukan penanda seberapa keras tubuh bekerja dalam membakar kalori. Berkeringat merupakan mekanisme tubuh untuk menjaga suhu tubuh tetap stabil. Kamu bisa berkeringat karena suhu lingkungan yang panas, stres, atau pakaian yang terlalu tebal, bahkan tanpa melakukan banyak aktivitas fisik. Kalori terbakar melalui aktivitas fisik dan metabolisme, bukan melalui keringat itu sendiri. Jadi, meskipun olahraga yang membuatmu berkeringat mungkin menunjukkan kamu bekerja keras, keringat bukanlah indikator pasti dari jumlah kalori yang terbakar. Yang penting adalah intensitas dan durasi aktivitas fisikmu.

Mitos-mitos dalam dunia kesehatan sering kali menimbulkan kebingungan dan bisa mempengaruhi keputusan yang kita ambil terkait kesehatan. Penting bagi kita untuk mencari informasi dari sumber yang kredibel dan berbasis penelitian ilmiah sebelum mempercayai atau menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari.